Daftar Isi

Perjalanan Seorang Guru Honorer


Daftar Isi

Delapan belas tahun lalu aku memutuskan untuk memulai karir sebagai seorang guru. Berbekal ijazah S-1 Pendidikan Matematika, aku mulai mengajar mata pelajaran yang paling banyak dibenci dan ditakuti oleh sebagian besar pelajar. Ya … aku mengajar mata pelajaran matematika di SMKN Pasirian dari tahun 2005 hingga sekarang. Tidak hanya mengajar matematika saja, karena kekurangan guru aku terpaksa harus mengajar mata pelajaran bahasa Inggris, produktif Multimedia, produktif Rekayasa Perangkat Lunak, dan produktif Teknik Komputer & Jaringan. Sebagai seorang guru honorer, aku harus belajar lebih giat untuk meningkatkan kompetensi agar bisa menjalankan tugas dengan baik.

Kalau ditanya tentang seberapa jauh aku melakukan perjalanan dari rumah menuju tempat bertugas selama 18 tahun, mungkin setara dengan perjalanan mengelilingi bumi sebanyak 2,5 kali. Banyak kenangan pahit dan manis yang kualami selama menjadi guru honorer. Semuanya mewarnai hari-hariku dan menjadikanku seperti sekarang ini. Tidak ada yang pantas untuk disesali, sabar dan bersyukur adalah cara terbaik untuk menikmati hidup sebagai seorang guru honorer.

Menjadi guru honorer tidaklah seburuk yang kita pikirkan. Mengemban tugas yang sama besarnya dengan rekan PNS/ASN dan bahkan sering menangani lebih banyak kelas dibanding mereka merupakan kebanggaan tersendiri karena sudah berupaya memberikan manfaat kepada lebih banyak anak didik. Guru honorer seringkali dipandang sebelah mata karena dinilai belum pantas disejajarkan dengan rekan PNS/ASN. Kesejahteraan para guru honorer juga tidak pernah disejajarkan dengan PNS/ASN, inilah salah satu bukti guru honorer dinilai tidak se"kompeten" PNS/ASN.

Menyadari hal ini, aku berupaya untuk menjadi guru honorer yang “pantas” untuk disejajarkan dengan PNS/ASN yaitu dengan cara meningkatkan kualitas/ kompetensi diri dengan mengikuti berbagai pelatihan hingga mengadakan sesi berbagi bersama rekan sejawat maupun komunitas praktisi. Pada tahun 2011 aku mengikuti ajang penganugerahan pemanfaatan open source tingkat nasional dan alhamdulillah meskipun tidak mendapatkan juara umum, setidaknya menjadi salah satu finalis terpilih dari ratusan peserta saat itu. Pada tahun 2016 aku mulai mengajak rekan-rekan sesama guru matematika membuat sebuah grup di telegram dan mengadakan diskusi tentang pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. Sebagai tindak lanjut dari penerimaan penghargaan IOSA (Indonesia Open Source Award), grup yang kubuat di telegram mengerucut kepada penggunaan aplikasi berbasis Free & Open Source (FOSS). Dari tahun 2011 hingga sekarang aku masih aktif berbagi dan berlatih bersama rekan-rekan di komunitas. Lebih lengkapnya mengenai aktivitas dan profil pribadiku bisa dilihat pada CV berikut.

Dari 18 tahun perjalanan sebagai guru honorer, aku ingin mengukir sejarah dalam kehidupanku sekaligus ingin menjalin pertemanan dengan semua guru dari berbagai wilayah.

Tahun ini semoga menjadi akhir cerita kehidupanku sebagai guru honorer. Dan juga semoga tahun ini menjadi awal perjuanganku untuk menjadi lebih baik lagi dalam mengantarkan generasi emas Indonesia. Ya … alhamdulillah, tahun ini aku ditempatkan di sekolah asal sebagai PPPK. Status yang mengakhiri label guru honorer yang melekat padaku selama 18 tahun. Semoga Allah memberikan karunia dan berkah-Nya kepadaku dan kepada guru-guru lainnya.

Tulisan ini bukanlah semata-mata ingin menunjukkan keberadaanku, tetapi ingin menunjukkan bahwa menjadi guru honorer tidaklah seburuk yang kita bayangkan. Guru honorer juga berpeluang sama dengan PNS/ASN dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa. Guru honorer bukanlah guru yang tidak berkompeten, mereka hanya belum ditakdirkan Allah menjadi PNS/ASN. Melalui tulisan ini, aku ingin mengajak rekan guru honorer untuk terus meningkatkan kualitas diri agar dapat memberikan lebih banyak manfaat dalam kehidupan ini.